Friday, May 15, 2020

Kesetiaan Eliza Najib Melestarikan Hutan

ARSIP PRIBADI---Eliza Najib (47) adalah perempuan tangguh dengan tekad luar biasa untuk menghijaukan kembali hutan dan lahan kritis di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Gerakannya berhasil menghijaukan sekitar 300 hektar hutan di sekitar desanya.

Belasan tahun Eliza Najib menghijaukan lahan-lahan kritis di Sumbawa Barat, NTB. Ia pun menerima Kalpataru pada 2019.

”Saya punya kebun yang saya tanami beragam tanaman. Tujuannya supaya pemilik lahan lain mencontohnya,” ujar Eliza, warga Dusun Tiu Galih, Desa Kemuning, Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, Sabtu (25/4/2020). Selama ini, lanjutnya, banyak lahan ditelantarkan sehingga jadi area semak belukar.

Hari itu, Eliza menuntaskan penanaman sengon dan gamal serta pemagaran kebun yang ia kejakan selama satu minggu. Kebun milik pribadi seluas total 7 hektar di Blok Senyiur Kawasan Pengelolaan Hutan Sekongkang itu ia garap sejak 2003. Ia menanam aneka tanaman keras yang bibitnya ia kumpulkan dari pelosoko kampung, hutan, dan lokasi air terjun di desanya. Kadang ia harus berjalan kaki cukup jauh untuk menemukan bibit kayu, seperti jati, ipil, dan lempuyang.


Eliza rajin memunguti biji buah-buahan, seperti nangka dan mangga, yang dibuang orang. Biji itu ia semai di kebunnya. Sebagian hasilnya ia kembangkan sendiri, sebagian lagi ia tanam di sela-sela batuan di lahan kering atau perbukitan untuk mencegah longsor dan banjir. Ia juga menanam lamtoro, gamal, dan banten sebagai pagar hidup dan sumber pakan ternak.

ARSIP PRIBADI---Eliza Najib saat berada di lokasi penanaman bibit pohon. Ia berhasil menggerakkan warga untuk menghijaukan kawasan hutan seluas 300 hektar di Sumbawa Barat, NTB.

Di luar itu, ia menanam empon-empon, seperti jahe dan kunyit, di kebunnya. Setidaknya ada 12.000 batang tanaman di kebun milik Eliza, termasuk tanaman bunga. Hampir semua tanaman di kebun itu punya nilai ekonomis.

Tidak berhenti di situ, Eliza ingin warga lain mengikuti aktivitasnya menghijaukan lahan kritis atau telantar. Karena itu, ia membagikan bibit tanaman yang ia kembangkan kepada warga secara gratis. Ada juga bibit yang ia bagikan ke instansi pemerintah dan sekolah yang sedang mengadakan penghijauan di lingkungannya.

Sebagian besar bibit yang ia tanam dan bagikan tumbuh baik, terutama setelah pemerintah daerah memberlakukan aturan yang melarang pemilik ternak meliarkan ternak mereka. ”Kalau ternak dilepas, habis tanaman dimakan ternak,” ucap Eliza.

Meski memberikan bibit secara gratis kepada warga, ia bersikap selektif. Pasalnya, banyak juga warga yang tidak menanam bibit yang mereka terima. Bibit itu dibiarkan begitu saja di rumah sampai akhirnya mati.

Untuk mencegah hal itu, Eliza mensyaratkan, warga yang menginginkan bantuan bibit tanaman harus menyerahkan dua lembar fotokopi KTP dan menandatangani surat pernyataan tertulis siap menanam. Apabila kopi dokumen itu sudah diterima, Eliza mengecek lahan yang bakal ditanami. Lahan tersebut harus dipagari.

Jika persyaratan itu tidak dipenuhi, Eliza membatalkan bantuan bibit. ”Saya ambil lagi tanaman (yang sudah diserahkan) itu. Orangnya saya suruh bikin pernyataan tidak sanggup menanam,” katanya.

Tindakan tegas itu diambil karena Eliza sudah susah payah memproduksi bibit secara swadaya. Selain itu, sikap tegas diperlukan untuk mendidik warga agar bertanggung jawab.

Diganggu perambah
Aktivitas Eliza dalam gerakan penghijauan hutan dan lahan kritis tidak selalu mulus. Ia kerap diganggu oleh para perambah hutan. Suatu pagi pada 2008, misalnya, ia menemukan tumpukan berkubik-kubik kayu ipil siap angkut di kawasan hutan. Ia bersama aparat TNI, Polri, dan polisi hutan mengejar oknum perambah itu, tetapi pengejaran tidak berhasil.

ARSIP PRIBADI---Eliza Najib menggarap lahan kritis dan kering di Kabupaten Sumbawa Barat, NTB, sejak 2003. Pada 2019, ia memperoleh Kalpataru atas jasanya menggerakkan penghijauan hutan di Sumbawa Barat.

Setelah mengantongi identitas perambah hutan, Eliza nekat mendatanginya. Ia bukannya hendak menyeretnya ke kantor polisi, melainkan memberikan edukasi. Ia bahkan merangkul sang perambah untuk ikut kegiatan konservasi hutan.

Apa yang dilakukan Eliza mendapat perhatian Dinas Kehutanan Kabupaten Sumbawa Barat. Dinas kemudian merangkul Eliza untuk program Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) tahun 2005. Untuk program itu, Eliza turun langsung guna membimbing masyarakat yang dilibatkan pemerintah menanam 240.000 batang bibit tanaman keras di lahan seluas 200 hektar di hutan Senyiur dan 80.000 batang bibit di hutan seluas 100 hektar di Ai Kangkung.

Program penghijauan lahan seluas 300 hektar itu berhasil. Di kawasan tersebut tidak pernah terjadi lagi longsor dan banjir. Sejumlah mata air pun muncul lagi dan bisa dimanfaatkan warga yang menginap di ladang.

Gerakan yang dilakukan Eliza sejak 2003 itu juga mampu meningkatkan kesejahteraan banyak warga. Kini, warga memiliki tabungan dalam bentuk tanaman kayu di kebun masing-masing. Pada 2018, Eliza pernah menjual 12 meter kubik sengon usia tujuh tahun berdiameter 20 sentimeter ke perusahaan di Desa Pemepek, Lombok Tengah. Harganya Rp 825.000 per meter kubik.

Jerih payah Eliza bertahun-tahun untuk menggerakkan penghijauan mendapat apresiasi banyak pihak. Ia mendapat banyak penghargaan. Salah satu yang paling bergengsi adalah penghargaan Kalpataru tahun 2019 untuk kategori perintis lingkungan.

Penghargaan itu diserahkan Wakil Presiden (ketika itu) Jusuf Kalla pada Juli 2019 di Jakarta. ”Penghargaan ini saya raih berkat dukungan pemerintah dan masyarakat Sumbawa Barat, Pemprov NTB, dan keluarga, terutama suami saya (Najib),” ujar Eliza merendah.

Eliza Najib

Lahir: Medan, 24 Juli 1973

Pendidikan:
SD Al Wasilah Medan (tamat 1984)
SMP Taman Siswa Medan (1990)
SMAN 7 Medan (1993)

Penghargaan:
Penerima Lencana Wana Lestari 2008 dari Menteri Kehutanan
Juara I Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam Nasional tahun 2008
Kalpataru 2019

Oleh  KHAERUL ANWAR

Editor:  BUDI SUWARNA

Sumber: Kompas, 16 Mei 2020

No comments:

Post a Comment