Sunday, June 21, 2020

Safhira Alfarisi Mandiri dengan Beasiswa Pendidikan

ARSIP PRIBADI---Safhira Alfarisi, Pendiri Beasiswa 10.000

Safhira Alfarisi tak ingin generasi muda tidak memiliki kesempatan meraih pendidikan setinggi mungkin. Dia pun mendirikan Beasiswa 10.000 untuk memberikan banyak peluang bagi anak muda.

Safhira Alfarisi (21) menganggap pendidikan jadi kunci penting untuk mengubah nasib seseorang. Selama tiga tahun, dia berusaha mewujudkan mimpi mahasiswa belajar ke luar negeri. Harapannya, anak muda yang ingin belajar tak lagi terkendala biaya.

Saat pandemi Covid-19, Safhira sering menjadi pembicara di acara daring. Dia memanfaatkan grup Whatsapp ataupun webinar untuk membuat programnya sendiri. Dia mematok biaya seminar Rp 25.000 supaya bisa dijangkau anak muda dari keluarga tidak mampu.


”Kalau aku banyak uang, sih, jujur mau aku gratiskan semua, tetapi ini aku juga butuh hidup. Aku senang saja berbagi supaya anak muda tidak menyerah dengan keterbatasan untuk menggapai mimpi mereka,” ujar Safhira yang dihubungi dari Bekasi, (4/6/2020).

Safhira tidak pernah berhenti bergerak dan pantang patah hati menghadapi tantangan untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Sejak lulus diploma, dia bertekad tidak melamar pekerjaan, tetapi membuka usaha sendiri.

”Sebelum Covid-19, aku bisa 6-7 kali setiap bulan ke luar kota berbagi motivasi soal mahasiswa berprestasi, kepemudaan, dan perempuan. Ini juga jadi penghasilan untuk membantu keluarga. Namun, sekarang terhenti semua,” ujar Safhira.

Tahun 2017, Safhira bersama teman-temannya menggagas beasiswa pertukaran pelajar ke luar negeri International Youth Summit (IYS) di bawah Xchange Hamada. Demi keberlanjutan program sosial dan pendidikan yang diimpikannya bagi Indonesia, Safhira meningkatkan kegiatan lewat pendirian Yayasan Beasiswa 10000 pada 2018.

”Aku merasa berkah bisa kuliah dengan beasiswa. Aku mau buat platform buat anak muda untuk bergerak di pendidikan. Di luar sana masih banyak orang yang perlu dibantu dari pendidikannya. Aku mau dengan semangat atau apa yang aku miliki berbuat untuk membantu,” ujar Safhira.

Pernah ditolak
Safhira yang berasal dari keluarga tidak mampu menolak berhenti menggapai mimpi menikmati bangku kuliah di perguruan tinggi dengan alasan tak ada biaya. Ketika bermimpi bisa belajar ke luar negeri terhambat pun dia tak mau menyerah.

Selama duduk di bangku sekolah, Safhira selalu berprestasi hingga kemudian kuliah di program vokasi Institut Pertanian Bogor pada 2016 dengan bantuan beasiswa dari Bank Permata Syariah. Sejak itu, dia berjanji bisa berbuat kebaikan melalui pendidikan.

ARSIP PRIBADI---Safhira Alfarisi membuat platform untuk generasi muda supaya mendapat pendidikan lebih baik.

Dia menceritakan, pekerjaan ayahnya menjadi kuli bangunan dan ibunya tidak bekerja berjuang menghidupi tujuh anaknya. Masa sulit bersekolah dilalui Safhira demi bisa membayar uang sekolah dan membeli buku pelajaran. Dia tak malu untuk berjualan gorengan dan es mambo untuk bisa mendapatkan uang agar sekolahnya tidak terhambat. Dengan semua perjuangan itu, membuat dirinya termotivasi untuk selalu berprestasi.

Demi mengejar hasrat kuliah di bidang komunikasi, Safhira berjuang keras untuk bisa punya prestasi baik di SMA. Hasilnya, dia mendapat undangan kuliah tanpa tes di program vokasi IPB. Namun, dia tetap harus membayar uang masuk ketika itu sekitar Rp 6 juta.

”Kuliah rasanya tidak mungkin kalau melihat kondisi keuangan keluarga. Benar saja, abi (ayah) menentang aku kuliah karena adik-adikku masih butuh biaya sekolah. Tetapi, aku ingat Nelson Mandela bilang pendidikan senjata paling ampuh untuk mengubah dunia. Justru dengan pendidikan kita bisa mengubah kondisi ekonomi yang enggak baik jadi baik,” kata Safhira.

Jalan untuk menggapai cita-citanya yang buntu membuat Safhira berlari sejenak ke masjid dekat rumahnya. Air matanya bercucuran sambil memanjatkan doa di bulan Ramadhan. Tak disangka-sangka, seorang ibu menghampiri dan bertanya. Tanpa ragu Safhira bercerita, lalu uluran tangan pun datang, dia justru ditawari beasiswa untuk uang kuliah dan biaya hidup.

DOKUMENTASI PRIBADI---Safhira Alfarisi mendirikan Yayasan Beasiswa 10.000 untuk mewadahi anak muda bergerak di pendidikan. Sekitar 2.000 sukarelawan mahasiswa di 15 kota membuat kegiatan pendidikan untuk siswa SD, SMP, hingga SMA secara gratis.

”Aku bertekad enggak mau sekadar kuliah, punya indeks prestasi bagus, lulus cumlaude, lalu dapat kerja. Aku sudah dibantu, jadi aku harus berbuat untuk membantu pendidikan,” kata Safhira yang lulus program vokasi September 2019 dan dapat beasiswa dari IPB untuk mulai kuliah program sarjana pada Agustus nanti.

Tekadnya membantu pendidikan Indonesia itu terbuka justru dimulai dari penolakan dosen di kampusnya. Ketika itu, kampus hendak mengadakan study tour dengan pilihan luar negeri (Malaysia dan Singapura) dan dalam negeri (Yogyakarta). Safhira yang sangat ingin ke luar negeri memberanikan diri untuk meminta pada pimpinan program studi di kampusnya supaya memperpanjang waktu untuk dirinya yang sedang berjuang mencari sponsor.

”Rasanya patah hati lagi karena dosen bilang kalau belum punya uang, pilih yang ke Yogyakarta saja. Sebenarnya dosen itu benar. Tetapi, sebagai anak yang punya mimpi dan mau mengusahakan dapat sponsor, rasanya sedih saja,” kenang Safhira.

Tak putus asa, Safhira mengajak teman-temannya memanfaatkan ide, kreativitas, dan sosial media membuat program pertukaran pelajar singkat ke luar negeri. Lalu, terbentuklah program IYS di bawah naungan Xchange Hamada.

Safhira dan timnya menggodok konsep pertukaran pelajar pertama ke Singapura-Malaysia. Peserta yang terpilih bisa ikut program IYS dengan gratis, mulai dari pembuatan paspor, akomodasi, hingga kegiatan selama di luar negeri, seperti kunjungan ke universitas, seminar, kunjungan perusahaan, belajar kebudayaan dan pertukaran budaya, serta tak ketinggalan mengunjungi tempat wisata. Syaratnya, pendaftar mengirimkan esai, bayar biaya pendaftaran Rp 100.000, dan ikut menyosialisasikan program itu ke media sosial masing-masing.

Pendaftar IYS pertama tujuan Malaysia dan Singapura antusias dengan tawaran program ini yang mencapai 2.000 orang. Peserta IYS pertama dari Xchange Hamada yang digagas para mahasiswa ini pun memberangkatkan 50 orang. ”Aku malah bisa lebih dulu ke Malaysia dan Singapura lewat program IYS. Yang program kampus malah belakangan,” ujar Safhira.

Dalam satu tahun, Safhira dan tim bisa tiga kali menggelar program IYS. Di kegiatan IYS kedua tujuan Sydney, Australia, Shafira meluaskan pendaftaran bagi pelajar luar negeri. Pendaftarnya mencapai 5.000 orang dari 15 negara. Tujuan ke Hong Kong pun diminati. Program IYS dari Xchange Hamada populer di kalangan pelajar yang berburu pertukaran pelajar singkat ke luar negeri secara gratis.

”Aku pakai prinsip gotong royong gitu. Dengan kompetisi terbuka, kan, semua bisa punya kesempatan. Ketika itu untuk program serupa hanya bisa diikuti pelajar yang punya uang. Tetapi, lewat program kami, siapa saja bisa pergi ke luar negeri dengan modal biaya pendaftaran Rp 100.000 saja. Kami juga cari sponsor untuk menambah dana yang terkumpul supaya program IYS bisa berjalan,” kata Safhira.

Sambutan pada program IYS yang di luar dugaan, membuat Safhira ingin meluaskan gerakannya di pendidikan. Dia mengajak dua sahabatnya Amirah Rachawati (mahasiswa Universitas Indonesia) dan Krisdianto Toro (mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta) memperkuat legalitas dengan mendirikan Yayasan Beasiswa 10.000 di tahun 2018. Program IYS menjadi diubah dengan nama Millenial atau M-Power yang menjadi salah satu program dari Beasiswa 10.000. Tahun 2019 menggelar program ke Korea Selatan. Tahun 2020 ke Jepang, tetapi terkendala pandemi Covid-19.

Safhira memakai semangat gotong royong yang dimiliki bangsa Indonesia. Beasiswa 10.000 bermakna bahwa siapa saja bisa bergerak untuk membantu pendidikan tanpa harus menunggu punya uang banyak. Donasi minimal Rp 10.000 bisa diberikan siapa saja untuk mendukung berbagai program pendidikan bagi anak bangsa.

DOKUMENTASI PRIBADI---Safhira Alfarisi (kiri) berdialog bersama Mendikbud Nadiem Makarim. Shafira yang merupakan mahasiswa berprestasi nasional juara 1 tahun 2019 ini menyuarakan gagasannya untuk kemajuan pendidikan nasional.

Dengan kekuatan media sosial, Safhira berhasil menghimpun 2.000 relawan mahasiswa yang bergabung bersama Beasiswa 10.000 untuk bergerak di 15 kota. Tanpa imbalan dana, relawan bergerak untuk menggelar bimbingan belajar dan sekolah bakat gratis bagi siswa SD, SMP, dan SMA di daerah masing-masing. Ada juga program pengabdian masyarakat di daerah pedalaman dan perbatasa.

“Aku salut dengan semagat anak-anak muda yang mau jadi relawan. Ide-ide mereka bagus. Tapi aku suka sedih karena belum bisa semua diwujdukan karena masih terbatas dana. Karena itu, kami terus berjuang supaya terkumpul dana untuk membuat kegiatan interaksi langsung di daerah yang jadi kekuatan Beasiswa 10.000 bisa berjalan,” kata Safhira.

Safhira Alfarisi

Lahir : Jakarta, 7 Oktober 1998

Pendidikan:
SDIT Gembira (2004-2010)
SMPN 20 Bekasi (2010-2013)
SMAN 6 Bekasi (2013-2016)
Diploma Institut Pertanian Bogor ( 2016-2019)

Prestasi, antara lain
Juara 1 Mahasiswa Berprestasi Nasional 2019 Kategori Program Diploma oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (2019)
The Most Inspiring Student di ajang Mahasiswa Berprestasi Nasional (2019)
Best Delegate Indonesia Youth Action Tingkat Nasional (2017)
Juara 2 English Speech Competititon (2018)
Education Power di Oxford University London

Pekerjaan
Pendiri dan Presiden Yayasan Beasiswa 10.000 (2018)
Pendiri dan CEO Xchange Hamada International Youth Summit (2017-2018)

Oleh  ESTER LINCE NAPITUPULU

Editor: MARIA SUSY BERINDRA

Sumber: Kompas, 22 Juni 2020

No comments:

Post a Comment