Wednesday, June 24, 2020

Syahiq Harpi, Pendekar Kekinian dari Condet

ARSIP PRIBADI---Pendiri River Ranger Jakarta, Syahiq Harpi (31)

Syahiq menggerakkan banyak orang untuk memperbaiki lingkungan Condet yang telah berubah.

Syahiq Harpi (31) resah ketika menyaksikan perubahan drastis Condet menjadi permukiman padat penduduk tanpa memerhatikan keseimbangan alam. Ia pun mulai bergerak dengan cara yang paling sederhana. Syahiq mendirikan River Ranger Jakarta untuk membersihkan sampah di bantaran sungai sekaligus memberdayakan masyarakat setempat.

Syahiq adalah seorang pemuda yang bertempat tinggal di bagian dataran atas sekitar 500 meter dari Sungai Ciliwung, tepatnya di Jalan Kayu Manis Condet, Balelambang, Kramatjati. Tak jauh dari rumahnya, terletak Gang Astawana. Syahiq menyaksikan banyak orang dewasa di situ hidup tanpa pegangan sehingga menghabiskan waktu tanpa manfaat. Anak-anak akhirnya meniru kelakuan itu.


”Nah, saya ingin mengubah kebiasaan mereka. Tetapi, saya ingin dengan cara yang edukatif, bukan konfrontatif. Akhirnya saya membuat River Ranger Jakarta pada 17 Juli 2017,” kata Syahiq melalui panggilan video di Jakarta, Senin (15/6/2020).

River Ranger Jakarta adalah komunitas yang mengajak anak-anak dan dewasa berkreasi sekaligus menjaga lingkungan, terutama di Sungai Ciliwung. Ada dua program utama, yakni kelas alam setiap Rabu dan Jumat serta kegiatan bertajuk #BebersihBareng sampah plastik sebulan sekali.

Kelas alam mencakup pelajaran untuk anak-anak, antara lain, tentang ekosistem lingkungan, fungsi sungai, tujuh jenis sampah plastik, sinematografi, fotografi, matematika, dan bahasa Inggris. Kelas ini kadang diisi sukarelawan lokal atau asing untuk belajar tentang kebudayaan. Lokasi kelas pun memanfaatkan Cagar Buah Condet atau rumah warga setempat.

ARSIP PRIBADI---Pendiri River Ranger Jakarta, Syahiq Harpi (31), mengajar fotografi kepada anak-anak di kawasan Condet. River Ranger Jakarta adalah sebuah komunitas peduli lingkungan di bantaran Sungai Ciliwung dan pemberdayaan masyarakat di wilayah Condet.

Awalnya jumlah peserta yang mengikuti River Ranger Jakarta mencapai 28 anak. Namun, sekarang hanya 15 anak dengan usia 9 sampai 24 tahun. Saat ini River Ranger Jakarta memiliki total lima pengurus. Empat pengurus lain Andriana, Rizal Wahyudi, Yasinta, dan Khusairi Andi.

”Aku harapannya melalui komunitas ini bisa konsisten mengajar anak-anak dan orang lain menyebarkan kebaikan di mana pun, khususnya tentang mengurangi sampah plastik. Dengan begitu, Sungai Ciliwung tetap bersih, ikan hidup normal karena tidak mengonsumsi mikroplastik, dan kita tidak lagi perlu khawatir makan ikan,” kata Syahiq.

River Ranger Jakarta juga mengajak anak-anak dan orang dewasa mengikuti kegiatan di lapangan untuk bersih-bersih sampah plastik di bantaran Sungai Ciliwung. Mereka melakukan pemilahan sampah, pengiriman ke bank sampah, penyebaran benih ikan, dan diskusi kegiatan.

Dalam kegiatan bersih-bersih bulanan itu, River Ranger biasanya mengiklan di Instagram untuk mengajak publik berkontribusi. Satu kepala biasanya perlu memberi donasi Rp 50.000. Uang ini akan digunakan untuk membeli bibit ikan, sarung tangan, kantong sampah, krim anti-nyamuk, dan makan siang.

Pernah pada 2019 mereka memungut sampah plastik hingga 700 kilogram hanya dalam waktu setengah jam. Pada kesempatan yang lain, mereka pernah memungut sampah hingga 1 ton dalam waktu kurang dari satu jam. Karena kewalahan, mereka akhirnya membatasi pengumpulan sampah plastik menjadi delapan kantong sampah untuk setiap kegiatan.

Menurut Syahiq, sampah plastik yang terkumpul kemudian dipilah menjadi beberapa jenis. Sebagai contoh, polyethylene terephthalate (PET) digunakan pada botol minum sekali pakai dan berbahaya jika dipakai ulang atau high density polyethylene (HDPE) digunakan pada botol kosmetik, tetapi bisa didaur ulang.

Sampah daur ulang akan dikirim ke bank sampah dan yang tidak bisa didaur ulang dikirim ke tempat pembuangan akhir di Bantar Gebang, Bekasi. Sementara itu, residu plastik yang tersisa dikumpulkan dan dibuat menjadi ecobrick atau bata plastik ramah lingkungan.

”Kami sering membuat ecobrick bersama-sama karena lebih seru. Sampah plastik diambil, dicuci, dan dijemur. Tetapi, kami tidak membuat kerajinan tangan dari plastik karena itu sama saja mendorong produksi sampah plastik,” katanya.

Tidak mudah
Syahiq mengakui upaya membangun komunitas ini tidak mudah. Meskipun lahir di situ, ia sempat tinggal di tempat lain sebelum kembali dan mendapati kondisi Condet telah berubah. Untuk itu, sebelum membentuk River Ranger Jakarta, Syahiq berusaha menunjukan niat baiknya kepada masyarakat. Ia bersosialisasi dengan warga setempat selama tiga bulan terlebih dulu.

ARSIP PRIBADI---Pendiri River Ranger Jakarta Syahiq Harpi (31) memungut sampah di kawasan Condet. River Ranger Jakarta adalah sebuah komunitas peduli lingkungan di bantaran Sungai Ciliwung dan pemberdayaan masyarakat di wilayah Condet.

Menjaga minat anak-anak untuk konsisten mengikuti kegiatan River Ranger Jakarta pun membutuhkan upaya lebih. Suasana hati mereka kadang berubah-ubah sehingga Syahiq harus pandai menyusun materi pelajaran. Mereka juga perlu terus diingatkan untuk mempraktikkan apa yang telah dipelajari, yakni mengurangi penggunaan plastik.

”Susah mengimbau mereka untuk enggak jajan sembarangan. Anak-anak masih suka jajan es pakai plastik. Kami sudah belikan tumbler, tetapi mereka masih merasa ribet untuk membawa alat makan sendiri,” katanya.

Apalagi, selama ini operasional atau kebutuhan River Ranger Jakarta terpenuhi dari uang pribadi Syahiq dan para pengurus. Mereka biasanya memperoleh pendapatan dari honor sebagai pembicara atau sisa uang pendaftaran kegiatan bersih-bersih bantaran Sungai Ciliwung.

Kadang kala anggaran ini tak cukup ketika mereka diundang mengikuti kegiatan dari pihak luar. River Ranger pernah diundang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengikuti gerakan penghijauan penanaman tanaman bugenvil di Senayan tahun lalu. Mereka sempat kewalahan menanggung akomodasi 15 anak karena dana bantuan transportasi belum dikirim.

Namun, Syahiq tidak merasa terbebani dengan hal-hal seperti itu. Malahan, hasil kerja keras Syahiq mulai terlihat. Sudah beberapa kali ia mendapati River Ranger Jakarta telah mengubah pandangan anak-anak mengenai lingkungan dan masa depan.

Ia menceritakan, ada sepasang kakak beradik yang mengikuti kegiatan ini. Selama bersekolah, mereka kerap membawa pulang sampah plastik mereka sendiri untuk diolah di rumah. Hal ini karena mereka tidak yakin sampah plastik sekolah akan dibuang ke mana. Tidak hanya itu, mereka kini bercita-cita menjadi saintis bidang kelautan karena menyadari laut adalah sumber oksigen terbesar di dunia.

”Kalau aku ingin mencari uang, aku bisa kerja dan tidak perlu mengurus anak-anak ini. Tetapi, kasihan, kan, kalau melihat kondisi sekitar. Ada ungkapan, jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tetapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu,” ujar pemuda keturunan Betawi ini.

Syahiq Harpi

Lahir: Jakarta, 27 April 1989

Pendidikan terakhir: Madrasah Alawiyah Nurussaadah, Jakarta Selatan

Pekerjaan: Pendiri River Ranger Jakarta

Oleh  ELSA EMIRIA LEBA

Editor:  BUDI SUWARNA

Sumber: Kompas, 24 Juni 2020

No comments:

Post a Comment