Tuesday, August 4, 2020

Mohammad Afifi Romadhoni, Dokter ”Spesialis” Kesehatan Santri

ARSIP PRIBADI---Dokter Mohammad Afifi Romadhoni (28), pendiri Gerakan Pesantren Sehat (GPS) di Jambi. GPS adalah sebuah komunitas nonprofit yang melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan kepada para santri di Jambi.

Mohammad Afifi tahu bagaimana kondisi pesantren, khususnya di Jambi. Santri hidup komunal dan biasa bertukar handuk atau pakaian. Lewat Gerakan Pesantren Sehat, Afif mengampanyekan cara sehat tinggal di pesantren.

Pahit manis hidup di pesantren begitu membekas dalam kenangan Mohammad Afifi Romadhoni (28). Setelah menjadi dokter umum, Afif mendirikan Gerakan Pesantren Sehat di Jambi pada 2017 untuk mendorong peningkatan lingkungan pesantren yang bersih dan sehat meski penghuninya ribuan orang.

Sejak kecil, Afif telah mengenal seluk-beluk dunia pesantren ketika masih tinggal di Sumatera Selatan. Ia belajar di pesantren mulai dari level madrasah ibtidaiyah (MI) hingga madrasah tsanawiyah (MTs). Afif jadi terbiasa dengan gaya hidup komunal di pesantren di mana ia harus berbagi kamar tidur dengan 11 santri lain. Saking akrabnya, mereka sering berbagi peralatan kebersihan pribadi, mulai dari odol hingga handuk.

Mereka juga terbiasa menjemur pakaian atau handuk basah di kamar. Akibatnya, kamar menjadi sangat lembab. Hal itu membuat Afif sering sakit. ”Dari pengalaman pribadi, aku tahu lingkungan pesantren gimana, santri sangat gampang terpapar penyakit kalau ada satu teman yang kena. Penyakit kulit dan demam itu biasa banget. Dulu malah ada istilah di kalangan santri kalau belum ada panu belum jadi santri sesungguhnya,” kata Afif sambil terkekeh ketika dihubungi dari Jakarta, Kamis (30/7/2020).

Selepas dari pesantren, Afif melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Unggulan Muara Enim, Sumatera Selatan. Kemudian, ia kuliah kedokteran di Universitas Jambi pada 2010. Ketika magang sebagai dokter muda di kawasan Muaro Jambi pada 2016, ia menemukan 10 siswa pesantren terkena penyakit cacar.

Kejadian itu, ditambah pengalamannya hidup di pesantren, memotivasi Afif membuat Gerakan Pesantren Sehat (GPS) bersama teman-teman sejawatnya pada Mei 2017. ”Lewat gerakan ini, aku hanya ingin teman-teman di pesantren lebih memperhatikan kesehatan dan kebersihan diri. Mereka, kan, calon dai. Jadi, sayang banget kalau jorok,” ujarnya.

ARSIP PRIBADI---Dokter Mohammad Afifi Romadhoni (28), pendiri Gerakan Pesantren Sehat (GPS) di Jambi, melakukan penyuluhan di Pondok Pesantren Al-Jauharen, Jambi, pada 19 September 2019. GPS adalah sebuah komunitas nonprofit yang melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan kepada para santri di Jambi.

Afif membentuk GPS pada Mei 2017 sebagai  sebuah komunitas nonprofit yang melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan kepada para santri di Jambi. Para santri disasar karena mereka rentan terhadap masalah kesehatan fisik dan mental karena hidup berkelompok dan jauh dari orangtua.

GPS memiliki 11 program untuk memberikan pelayanan yang komprehensif kepada para santri. Program utamanya adalah Sharing Class yang berisi pemberian materi oleh GPS terkait perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kesehatan reproduksi, dan kesehatan mental. Ada juga program Doktren (Dokter Pesantren) untuk melatih santri sebagai agen kesehatan serta Cerita Santri untuk meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan mental, perundungan, dan pelecehan.

Selain itu, GPS membuat program Patok untuk kampanye anti-asap rokok, Book4Santri untuk menyumbangkan buku bekas, serta Kasih Sayang agar santri rajin mencuci mukena, sarung, dan sajadah. Pembiayaan program-program ini berasal dari donasi, pengumpulan dana dari pemeriksaan kesehatan atau garage sale, dan kantong pribadi anggota GPS. Saat ini, GPS memiliki 73 sukarelawan dengan beragam latar belakang pekerjaan, seperti dokter, polwan, dan guru.

Enam pondok pesantren kini di berada di bawah binaan GPS, yakni Pondok Pesantren Ainul Yaqien, Pondok Pesantren Al-Jauharen, Pondok Pesantren Serambi Makkah, Pondok Pesantren As’ad, Pondok Pesantren Daarul Huffazh, dan Pondok Pesantren Kumpeh Daaru Attauhid. Jika dihitung-hitung, mereka sudah mengedukasi sekitar 1.500 santri pada level pendidikan MI dan MTs.

GPS biasanya melakukan kegiatan pada hari Minggu setelah melakukan persiapan beberapa hari sebelumnya. ”Sekarang kami masih mengerjakan satu proyek dulu, baru lanjut ke pesantren lain. Lama kegiatan di satu pesantren itu berbeda-beda. Di Pondok Pesantren Ainul Yaqien, kami kadang harus berulang kali ke sana karena (pesantrenya) masih tradisional sehingga mereka sering kekurangan logistik,” kata Afif.

Tidak hanya terbatas pada pesantren, beberapa kegiatan GPS juga meluas hingga ke panti wreda melalui program A Day with Lansia. Panti wreda memiliki persoalan kesehatan yang serupa dengan pesantren. GPS juga bergerak menyalurkan bantuan sembako kepada keluarga-keluarga di Jambi yang terdampak Covid-19.

Pemahaman meningkat
Melalui GPS, Afif mendapati, situasi pesantren di Jambi tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan kondisi ketika ia berada di pesantren lebih dari satu dekade lalu. Para santri di beberapa pesantren masih menderita penyakit kulit, seperti skabies, karena lingkungan tempat tinggal mereka lembab dan padat. Santri juga masih harus diingatkan tentang pentingnya mencuci tangan.

Pengetahuan tentang pentingnya mencuci tangan juga masih harus terus ditanamkan kepada para santri. Selama ini masih ada santri yang wudu dengan air danau, bukan air mengalir. Untuk mengatasi hal itu, Afif dan kawan-kawan biasanya mendekati para ustaz di pesantren binaan untuk memberi masukan soal kesehatan dan kebersihan. ”Alhamdulillah, pihak pesantren mau menerima masukan sehingga kebiasaan mereka sudah bergeser ke arah lebih baik,” kata Afif.

Sejauh ini, cara tersebut berhasil. Afif menemukan pemahaman santri tentang PHBS meningkat setelah mengikuti kegiatan Sharing Class. ”Kalau awalnya skor mereka 3 (pada pre-test), setelah kegiatan mereka bisa dapat skor 8 atau 9 (post-test),” katanya.

Para santri dan pengelola pesantren menyambut program GPS dengan antusias. Salah satu alasannya, dalam beberapa kegiatan panitia menyelipkan kegiatan yang menyenangkan, misalnya perlombaan kamar asrama terbersih. Mereka juga akhirnya bisa memiliki platform untuk mendiskusikan isu yang jarang dibahas dalam kurikulum pesantren, seperti kesehatan mental dan reproduksi.

ARSIP PRIBADI---Dokter Mohammad Afifi Romadhoni (28), pendiri Gerakan Pesantren Sehat (GPS) di Jambi, melakukan penyuluhan di Pondok Pesantren Al-Jauharen, Jambi, pada 19 September 2019. GPS adalah sebuah komunitas nonprofit yang melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan kepada para santri di Jambi.

Di masa pandemi Covid-19 ini, Afif terpaksa menunda kegiatan pembinaan GPS sejak Februari 2020. GPS lebih fokus menggalang donasi dan membeli logistik untuk disumbangkan kepada pesantren yang membutuhkan. Mereka juga melakukan sosialisasi protokol kesehatan untuk pencegahan penyebaran Covid-19 kepada pengurus pesantren.

Afif juga tengah menentukan metode pembinaan seperti apa yang akan dilakukan setelah masa normal baru berlangsung. Salah satu strategi yang dipertimbangkan adalah pembatasan waktu kegiatan pembinaan. Namun, ini tentu tidak akan memengaruhi semangat mereka untuk tetap mendorong para santri hidup sehat. ”Yang kami syukuri adalah program kami ternyata sangat relatable dengan pencegahan pandemi saat ini dan kami sudah lebih dulu,” ucapnya.

GPS berencana mengevaluasi enam pondok pesantren binaan mereka untuk menentukan kriteria pesantren yang benar-benar membutuhkan bantuan untuk program di masa depan. GPS juga telah mencatat tiga pondok pesantren baru yang membutuhkan pendampingan karena masih dikelola secara tradisional.

”Aku pribadi berharap orang-orang juga tergerak melakukan kegiatan sosial serupa di daerah masing-masing. Tentu saja kepedulian itu tidak harus terbatas ke pesantren juga. Di GPS ini, aku belajar bahwa di luar rutinitas, kita sebenarnya bisa melakukan hal bermanfaat lain untuk orang lain,” ujar Afif.

Mohammad Afifi Romadhoni

Lahir: Muara Enim, 13 Maret 1992

Pendidikan:
Madrasah Ibtidaiyah Pondok Pesantren Raudhatul Ulum, Indralaya, Sumatera Selatan
MTs Negeri Muara Enim, Sumatera Selatan
SMA Negeri 1 Unggulan Muara Enim, Sumatera Selatan
Pendidikan Dokter Umum FKIK Universitas Jambi
Pekerjaan: Dokter umum Program Nusantara Sehat Individu Kementerian Kesehatan 

Pencapaian:
Delegasi Indonesia untuk program Kapal Pemuda ASEAN-Jepang (The Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program, 45th of SSEAYP) tahun 2018 
Penerima penghargaan Apresiasi Satu Indonesia Awards kategori Kesehatan 2019
Terbaik I Pemuda Pelopor Provinsi Jambi 2019

Oleh  ELSA EMIRIA LEBA

Editor  BUDI SUWARNA

Sumber: Kompas, 5 Agustus 2020

No comments:

Post a Comment