Tuesday, June 30, 2020

Suriani dan Nursiah, Suami-Istri Pioner Kampung Permainan Tradisional

KOMPAS/JUMARTO YULIANUS---Muhammad Suriani (64) dan Siti Nursiah (61), pionir Kampung Permainan Tradisional Banua (KPTB) Pendamai di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (20/6/2020).

Pada era serba digital seperti sekarang, Suriani dan Nursiah mendirikan kampung permainan tradisional di sebuah gang di Banjarmasin. Apa tujuan mereka?


Muhammad Suriani (64) dan Siti Nursiah (61), pionir Kampung Permainan Tradisional Banua (KPTB) Pendamai di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (20/6/2020).

Permainan tradisional hampir tak lagi mendapat tempat di dunia anak zaman sekarang. Padahal, permainan itu sangat penting sebagai sarana  bersosialisasi dan pembentukan karakter anak-anak. Berangkat dari keprihatinan itulah pasangan suami-istri, Muhammad Suriani (64) dan Siti Nursiah (61) menggagas pembentukan kampung permainan tradisional di Banjarmasin.


Kampung permainan tradisional berada pada sebuah gang kecil di tengah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Letak persisnya di Gang Pendamai, Kelurahan Telawang, Kecamatan Banjarmasin Barat. Tempat bermain anak-anak di situ dikenal dengan nama Kampung Permainan Tradisional Banua (KPTB) Pendamai.

Suasana di gang buntu dengan lebar sekitar 3 meter, Sabtu (20/6/2020), cukup riuh. Menjelang tengah hari, di bawah cuaca mendung, beberapa anak asyik bermain aneka jenis permainan tradisional masyarakat Banjar. Ada yang bermain gasing gapuk atau bagasing, ada yang bermain egrang atau batungkau, serta ada pula yang bermain logo atau balogo.

Gang buntu tempat anak-anak bermain itu persis di depan rumah Suriani dan Nursiah. ”Setiap hari, anak-anak sekitar sini bermainnya, ya, di sini. Kalau tidak ada pandemi Covid-19, yang bermain lebih banyak lagi, terlebih sore hari,” ujar Nursiah yang selalu memantau anak-anak bermain.

Anak-anak bermain egrang di Gang Pendamai, Kelurahan Telawang, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (20/6/2020). Di gang buntu itu, pasangan suami-istri, Suariani dan Nursiah, mendirikan Kampung Permainan Tradisional Banua (KPTB) Pendamai.

KOMPAS/JUMARTO YULIANUS---Anak-anak bermain egrang di Gang Pendamai, Kelurahan Telawang, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (20/6/2020). Di gang buntu itu, pasangan suami-istri, Suariani dan Nursiah, mendirikan Kampung Permainan Tradisional Banua (KPTB) Pendamai.

Sejak lima tahun lalu, jalan gang depan rumah pasutri dengan tiga anak dan lima cucu itu menjadi arena bermain anak-anak. Di situ mereka bisa bermain aneka permainan tradisional sepuasnya, termasuk bermain bakiak dan congklak atau badaku. Semua alat permainan tradisional bagi anak-anak disiapkan oleh Suriani dan Nursiah.

Suriani dan Suriah bertekad menghidupkan kembali permainan tradisional karena prihatin melihat anak-anak zaman sekarang yang sudah tak lagi mengenal permainan tradisional. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain gawai sehingga suka asyik sendiri lalu tidak bersosialisasi.

”Tidak usah jauh-jauh, anak-anak dan cucu-cucu kami sendiri saja sudah tidak kenal permainan tradisional. Padahal, saya ini sejak kecil  pemain permainan tradisional, dan juga bisa bikin alat-alat permainan tradisional,” katanya.

Suriani lalu membuat satu demi satu alat permainan tradisional. Setelah itu, ia mulai mengajari cucu-cucunya bermain di depan rumah. Dari situ, teman-teman cucunya mulai melihat, lalu tertarik ikut bermain. ”Seiring perjalanan waktu yang ikut bermain bertambah banyak. Anak-anak juga sangat antusias bermain,” ujarnya.

Melihat anak-anak yang datang bermain semakin banyak, Suriani dan Nursiah langsung berpikir untuk membentuk kampung permainan tradisional secara terorganisasi. Pada awal 2016, mereka pun membentuk secara resmi Kampung Permainan Tradisional Banua (KPTB) Pendamai untuk mewadahi anak-anak yang mau belajar dan bermain permainan tradisional.

Anak-anak bermain logo atau balogo di Gang Pendamai, Kelurahan Telawang, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (20/6/2020).

KOMPAS/JUMARTO YULIANUS---Anak-anak bermain logo atau balogo di Gang Pendamai, Kelurahan Telawang, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (20/6/2020).

Menurut Nursiah, anak-anak yang datang bermain umumnya adalah anak-anak yang tinggal di sekitar Gang Pendamai. Mulai dari anak berusia 4 tahun sampai dengan remaja. Mereka bisa datang bermain kapan saja, terlebih pada sore hari. ”Sekarang ini, kalau semua anak kumpul, jumlahnya sekitar 60 anak,” katanya.

Suriani dan Nursiah berbagi peran dalam mendampingi anak-anak yang datang bermain. Suriani yang memang jago bermain dan membuat alat permainan tradisional secara khusus mengajari anak-anak bermain. Sementara tugas Nursiah lebih pada pengembangan minat bakat dan pembentukan karakter anak.

Sosialisasi
Nursiah mengatakan, permainan tradisional membuat anak belajar bersosialisasi karena permainan itu dimainkan oleh minimal dua orang. Berbeda dengan gawai, yang membuat anak lebih asyik bermain sendiri, tidak mau bersosialisasi, dan cenderung menjadi egois.

”Dengan bermain permainan tradisional, anak-anak bisa belajar saling asah-asih-asuh,” ujarnya.

Permainan tradisional, menurut Nursiah, juga berperan  dalam pembentukan karakter anak. Dengan bermain, anak-anak bisa menjunjung tinggi kesetiakawanan dan sportivitas. Mereka  bisa lebih menghargai teman, memiliki rasa percaya diri, dan pantang menyerah. ”Dunia anak adalah dunia bermain. Karena itu, lewat permainan  karakter anak harus dibentuk,” tuturnya.

Pembentukan karakter anak di KPTB Pendamai tidak hanya dilakukan lewat permainan tradisional, tetapi juga lewat seni budaya. Anak-anak yang rutin datang bermain diajari seni musik dan tari tradisional Banjar. ”Kami dibantu beberapa sukarelawan untuk melatih anak-anak bermain musik, menyanyi, menari, dan memeragakan busana,” katanya.

Anak-anak berlatih musik panting di Kampung Permainan Tradisional Banua, Gang Pendamai, Kelurahan Telawang, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (20/6/2020).

K
OMPAS/JUMARTO YULIANUS---Anak-anak berlatih musik panting di Kampung Permainan Tradisional Banua, Gang Pendamai, Kelurahan Telawang, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (20/6/2020).

Selain itu, anak-anak dibekali dengan pelajaran agama Islam untuk memperkuat iman dan takwa mereka. Suriani dan Nursiah tidak ingin anak-anak tergoda dan terjerumus dalam pergaulan tidak sehat. Tugas mengajarkan nilai-nilai agama kepada anak-anak juga dipercayakan kepada para sukarelawan.

”Kami sangat terbantu para sukarelawan. Mereka anak muda yang punya talenta dan dengan sukarela membantu. Mereka tidak dibayar. Kadang-kadang diberi uang transportasi pun tidak mau,” ungkap Nursiah.

Seiring perjalanan waktu, KPTB Pendamai semakin dikenal. Sejumlah pihak pun tertarik bekerja sama serta mendorong Suriani dan Nursiah untuk segera membentuk badan hukum bagi KPTB Pendamai. Akhirnya, keduanya membentuk Yayasan Bina Banua Pendamai pada 2018. Suriani sebagai ketua yayasan, sedangkan Nursiah sebagai bendahara yayasan.

Nursiah mengatakan, pembentukan yayasan itu untuk mempermudah kerja sama dengan pihak lain. Namun, dalam menjalin kerja sama, keduanya tetap selektif. ”Kami tidak mau menjalin kerja sama yang bersifat mengikat dan berpotensi membebani yayasan. Kalau kerja sama yang tidak mengikat masih kami pertimbangkan,” tuturnya.

Karena komitmen itu, Suriani dan Nursiah mengaku belum pernah sama sekali mengajukan permohonan dana pembinaan kepada pemerintah daerah meskipun sudah beberapa kali dapat tawaran dari pemda. ”Kami lebih memilih menghidupi kegiatan pembinaan anak-anak secara swadaya atau mandiri,” ujar Suriani.

Menurut Suriani, mereka membentuk KPTB Pendamai karena kecintaan pada anak-anak dan permainan tradisional. Semua dilakukan dengan senang hati, tanpa merasa terbebani. Keduanya juga mengaku tidak pernah bosan untuk membuat alat permainan tradisional dan mengajari anak-anak bermain.

Anak-anak bermain gasing gapuk di Gang Pendamai, Kelurahan Telawang, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (20/6/2020). Di sela-sela rutinitas harian, anak-anak di sana dibiasakan tetap bermain aneka macam permainan tradisional. Tujuannya tak hanya untuk melestarikan tradisi, tetapi juga untuk membentuk karakter baik pada anak.

KOMPAS/JUMARTO YULIANUS---Anak-anak bermain gasing gapuk di Gang Pendamai, Kelurahan Telawang, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (20/6/2020). Di sela-sela rutinitas harian, anak-anak di sana dibiasakan tetap bermain aneka macam permainan tradisional. Tujuannya tak hanya untuk melestarikan tradisi, tetapi juga untuk membentuk karakter baik pada anak.

”Tujuan utama kami membuat ini semua untuk melestarikan permainan tradisional, bukan untuk mencari keuntungan, apalagi mencari dana,” katanya.

Nursiah menambahkan, mimpi besarnya membentuk KPTB Pendamai adalah menyiapkan masa depan anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Sebab, sebagian besar anak-anak itu berasal dari keluarga menengah ke bawah. Mereka perlu dipersiapkan agar menjadi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu bersaing di era globalisasi.

”Anak-anak kampung sini harus punya impian. Kami pun terus memotivasi mereka. Tidak ada yang tidak bisa diraih selama mereka punya keinginan, mau berusaha, dan tekun berdoa,” katanya.

Muhammad Suriani

Lahir: Banjarmasin, 18 Agustus 1956

Pendidikan: SMEA Negeri 1 Banjarmasin (lulus 1975)

Pekerjaan: Wiraswasta

Organisasi:
Ketua KPTB Pendamai Banjarmasin (2016-sekarang)
Ketua Yayasan Bina Banua Pendamai Banjarmasin (2018-sekarang)

Penghargaan:
Maestro Permainan Olahraga Tradisional Kota Banjarmasin (2019)
Anugerah Seni dan Budaya Kalimantan Selatan (2019)


Hj Siti Nursiah, SE

Lahir: Kotabaru, 1 November 1959

Pendidikan: S-1 Manajemen STIE Pancasetia Banjarmasin (lulus 2008)

Pekerjaan: PPurnatugas PDAM Bandarmasih Kota Banjarmasin (sejak 2015)

Organisasi:
Bendahara Yayasan Bina Banua Pendamai Banjarmasin (2018-sekarang)
Wakil Ketua Dewan Koperasi Indonesia Kota Banjarmasin (2012-2022)
Sekretaris Forum CSR Kesejahteraan Sosial Kalimantan Selatan (2017-2021)

Oleh  JUMARTO YULIANUS

Editor:  JUMARTO YULIANUS

Sumber: Kompas, 1 Juli 2020

No comments:

Post a Comment