Sunday, August 25, 2019

Lia Andarina Grasia Mengenalkan Kulon Progo Lewat Bule Mengajar

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU--Lia Andarina Grasia, Pendiri Komunitas Bule Mengajar di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lia Andarina Grasia (29) tak mau berdiam diri mendengar anggapan Kulon Progo yang tidak bisa berkembang. Dengan menghadapi banyak rintangan, Lia gigih mengembangkan program pariwisata yang unik.

Lia mendalami ilmu pariwisata di Bali dan Yogyakarta dengan tekad  mengembangkan pariwisata di kampung halamannya, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Ia sedih saat mengetahui daerahnya tidak dikenal hingga ke mancanegara. Tahun 2014, Lia menggagas program pariwisata unik lewat Bule Mengajar. Kini, Kulon Progo banyak dikunjungi wisatawan mancanegara.

Hingga akhir tahun 2019 sudah sebanyak 346 bule dari 38 negara sudah mengikuti program Bule Mengajar. Mereka hadir di sebelas sekolah untuk mengajarkan soal budaya, profesi, keahlian mereka, atau hal menarik lainnya dengan cara menyenangkan. Tentu saja, semua itu disampaikan dalam Bahasa inggris pada siswa SMP dan SMA/SMK di Kulon Progo. Di tahun 2020 ada empat sekolah yang masuk daftar tunggu untuk dikunjungi para bule.

Para turis asing yang ikut diwajibkan memberi kontribusi Rp 100.000 untuk per 3 jam mengajar. Namun, bayaran ini dikembalikan ke mereka berupa souvenir khas Kulon Progo buatan warga setempat. Setiap turis yang akan mengikuti program tersebut harus melalui proses seleksi karena mereka masuk ke dunia pendidikan dan anak-anak.

Usai mengajar, turis diajak menyelami, menyaksikan atau terlibat langsung dengan kehidupan masyarakat desa. Pemandangan sawah dan kegiatan bertani, beternak ayam, makan dengan tangan, duduk bersila di lantai, hingga mengikuti sejumlah acara adat menjadi tawaran kegiatan yang menarik perhatian bagi turis.

DOKUMENTASI KOMUNITAS BULE MENGAJAR--Pendiri Komunitas Bule Mengajar Lia Andarina Grasia berfoto bersama siswa dan para bule (warga negara asing) usai kegiatan bule mengajar di suatu sekolah di Kabupaten Kulon Progo.

Di sisi lain, Lia  bersama timnya juga mendukung peningkatan sumber daya manusia bidang pariwisata di Kulon Progo. Mereka membantu para pegawai dan pramuwisata untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris dan pelayanan pariwisata.

Tahun ini, Lia mulai memperbanyak jumlah pramuwisata asal Kulon Progo yang dapat memandu wisatawan asing yang menguasai Bahasa inggris. “Selama ini, saya terus yang dicari wisatawan asing untuk mendampingi jika berwisata di Kulon progo. Saya pikir harus ada perubahan dengan membuka pelatihan,” ujar Lia.

Komunitas Bule Mengajar yang ditingkatkan jadi yayasan itu juga mengajar Bahasa Inggris untuk para siswa dan masyarakat. Di rumah kediaman Lia, seperti terlihat pada akhir November 2019, sejumlah ruangan disulap jadi tempat pertemuan dan belajar. Di dinding, terpampang aneka bendera dari berbagai negara dari para turis yang pernah datang. Selain itu, ada peta dunia dan sejumlah ikon tempat wisata terkenal di dunia. Lokasi kantor Bule Mengajar di Kota Wates yang tak jauh dari RSUD Wates masih tampak asri, di depannya terhampar lahan berilalang tinggi dan saluran irigasi.

Tidak mulus

Pilihan Lia untuk mengabdi di kampung halamannya tidaklah semulus dugaannya. Niatnya untuk memajukan pariwisata dengan mendatangkan turis bukan hanya diragukan, tapi awalnya sempat dicurigai. Bahkan, ayahnya lebih menginginkan Lia untuk bekerja sebagai aparatur sipil  negara (ASN).

“Aku suka banget suasana desa. Aku enggak ingin pindah dari Kulon Progo. Karena itu, aku mau memakai ilmuku di pariwisata supaya bisa memajukan Kulon Progo,” ujar Lia.

KOMPAS ---ESTER LINCE NAPITUPULU--Pendiri Komunitas Bule Mengajar Lia Andarina Grasia di Kota Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Saat menjadi mahasiswa S2 Pariwisata di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta usai menuntaskan sarjana pariwisata di Bali, Lia terinspirasi membuat kegiatan pariwisata. Ia pernah mendapat cerita dari sejumlah teman bulenya yang merasa terganggu saat diberhentikan sekelompok anak-anak sekolah di Malioboro untuk mengobrol dalam Bahasa Inggris. Saat itu, percakapan kedua pihak berlangsung singkat, formal, dan tidak interaktif.

Untuk itulah, Lia terpikir membawa para bule ke sekolah sehingga kegiatan belajar jadi lebih menyenangkan. Para siswa senang bisa bertemu langsung dengan penutur asli, sedangkan turis asing iklhas berbagi ilmu. Inilah yang menjadi tagline Bule Mengajar yakni Share Your Knowledge.

Lia juga merasa “tersinggung”dengan ucapan dosennya saat mengetahui bahwa ia berasal dari Kulon Progo. Sang dosen terkesan “mengejek”untuk apa Lia membuang waktu mengambil S2 Pariwisata jika tujuannya hanya untuk membangunkan pariwisata di Kulon Progo. “Äku memang sudah bertekad untuk menghidupkan pariwisata di Kulon Progo. Tapi sang dosen malah bilang Kulon Progo susah berkembang. Aku merasa jengkel karena bukannya didukung,”ujar Lia.

DOKUMENTASI KOMUNITAS BULE MENGAJAR--Partisipan kegiatan Bule Mengajar dari Belanda, Inggris, dan Perancis ikut acara Merti di Dusun Cekelan, Desa Karangsari, Kabupaten Kulon Progo. Komunitas Bule Mengajar yang digagas Lia Andarina Grasia berhasil mengenalkan pariwisata Kulon Progo ke dunia. 

Untuk merintis program Bule Mengajar, awalnya, Lia membujuk kenalan bulenya yang ada di Yogyakarta untuk mau datang ke kampung halamannya. Kebanyakan para bule bingung dan ragu dengan ajakan Lia. Ketika dijelaskan bahwa mereka akan hadir di kelas dan berbicara Bahasa Inggris dengan para siswa, para turis asing pun tertarik. Apalagi, kegiatan alamiah warga desa yang bertani, beternak ayam, dan kegiatan budaya lainnya juga dikenalkan kepada para bule yang datang.

Seiring berjalannya waktu, sejumlah agen wisata juga mengenalkan program Bule Mengajar sehingga lebih banyak turis mancanegara yang datang. Beberapa dari mereka, tinggal sementara di Yogyakarta.

Optimisme Lia untuk mengenalkan potensi pariwisa Kulon Progo ke dunia sempat kandas di Mei 2015. Ia mendapat kabar kalau kegiatan para bule yang mengajar ke sekolah dicurigai melanggar aturan. Bahkan, pihak imigrasi dan polisi sempat mengawasi kegiatan komunitas. Mereka dicurigai mempekerjakan tenaga kerja asing illegal di sekolah-sekolah dengan memberikan bayaran. Selain itu, kehadiran para bule juga dikhawatirkan membawa pengaruh negatif.

“Äku sempat stress, bingung, takut, sampai menangis. Aku merasa sendirian, enggak tahu harus gimana. Aku kan awam sekali soal ini. Sampai takut drop out dari kuliah juga kalau sampai berurusan dengan polisi,” kenang Lia.

Setelah satu bulan tanpa kepastian, Lia mendatangi Kantor Imigrasi di Yogyakarta. Dari situ, dia mendapat banyak masukan supaya kegiatannya bisa terus berlangsung. Lia pun melengkapi berbagai dokumen agar kegiatan Bule Mengajar tidak melanggar aturan. Kini, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo justru menggandeng komunitas untuk bekerja sama meningkatkan program pariwisata di daerah tersebut.

“Bagiku sederhana saja, kalau orang Kulon Progo sudah merasa percaya diri ketemu para bule yang datang ke sini, berarti programku sudah sukses. Aku mau anak-anak dan masyarakat Kulon progo terbiasa untuk berinteraksi dnegan para bule,” kata Lia.

DOKUMENTASI KOMUNITAS BULE MENGAJAR--Kegiatan sejumlah bule yang mengajar di sekolah di Kulon Progo yang digagas Komunitas Bule Mengajar. Komunitas Bule Mengajar didirikan Lia Andarina Grasia yang ingin mengembangkan pariwisata di Kulon Progo.

Lia Andarini Grasia

Lahir : Kulon Progo, 28 Juli 1990

Pendidikan:

1. S1 Hospitality Business di Sekolah Ttinggi Pariwisata Nusa Dua Bali (2013)

2. S2 Master of Tourism Studies di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (2017)

Penghargaan:

1. Juara 1 Nasional Pemuda Pelopor Bidang Pendidikan dari Kemenpora (2015)

2. Awardee Australia Awards Indonesia (2019)

3. Outstanding Students for The World in India (2017)

4. Penerima Apresiasi ASTRA SATU Indonesia Awards Tingkat Provinsi (2017)

5. Indonesian Delegation for International Cultural Study Camp in Yogyakarta (2014)

Pengalaman Kerja:

1. Penerjemah Inggris untuk IDP Edu Fair di Yogyakarta

2. Tutor Inggris di Dinas Pariwisata Kulon Progo

3. Tutor Inggris di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kulon Progo

Pengalaman Organisasi, antara lain:

1. Anggota Forum Pemuda Pelopor Nasional

2. Pendiri Komunitas Bule Mengajar

3. Ketua Forum Kewirausahaan Pemuda DIY

4. Ketua Forum Pemuda Pelopor Kulon Progo

Oleh  ESTER LINCE NAPITUPULU

Editor:  MARIA SUSY BERINDRA

Sumber: Kompas, 6 Januari 2020

No comments:

Post a Comment