KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU----Wien Muldian setia membangun jejaring literasi untuk memperluas pengetahuan bagi masyarakat.
Wien Muldian membangun jejaring literasi di tengah masyarakat. Dengan gigih, dia menularkan semangat literasi sampai ke pelosok daerah.
Wien Muldian (48) selalu kaya ide untuk memperkuat budaya literasi di Tanah Air. Cintanya pada buku menjadi motivasi dirinya membangun jejaring dengan para pegiat dan lembaga untuk memperkuat literasi masyarakat. Semua dilakukan untuk mewujudkan mimpi membangun masyarakat Indonesia yang berkualitas dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan informasi.
Wien selalu membagi ide untuk membuat program kepada mereka yang mempunyai tekad membangun gerakan literasi di berbagai daerah. Dia membangun jaringan ke pustakawan untuk menghadirkan perpustakaan yang jadi tempat menimba ilmu pengetahuan. Selain itu, Wien berjejaring dengan para penulis agar menghasilkan konten berkualitas.
“Aku senang dengan model diskusi, belajar bersama. Kita akan terus berkembang karena ide-ide baru terus muncul. Karena pengetahuan itu kan terus berkembang, imajinasi orang terus berkembang. Nah, aku ingin anak-anak muda kita seperti itu, selalu menambah pengetahuan dari apa yang disukai dengan belajar bersama dan berbagi,” ujar Wien yang dijumpai di Jakarta, Rabu (7/4/2021).
Bagi Wien, berjejaring memberikan banyak keuntungan untuk bisa membawa perubahan di tingkat lokal hingga nasional. Dirinya cukup sebagai pencetus ide atau pembuat konsep, lalu “mengompori” para pegiat literasi untuk mewujudkan menjadi kegiatan nyata. Tak heran, Wien dikenal sebagai sosok yang berada di belakang lahirnya berbagai gerakan mendukung budaya literasi di tengah masyarakat.
Di berbagai tempat, dia membuat gerakan membaca buku, diskusi buku, berbagi pengetahuan, dan menghadirkan perpustakaan yang menyenangkan. Ide menguatkan literasi di Indonesia lewat pemberdayaan berbagai komunitas lokal semakin kuat usai mendapat kesempatan pendidikan singkat di Jepang. Saat itu, dia yang masih mahasiswa Universitas Indonesia, belajar menekuni kajian pemberdayaan sosial tahun 1996. Dia mengagumi budaya literasi masyarakat Jepang dan ingin membawanya ke Indonesia lewat komunitas.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU----Wien Muldian, bergiat membangun jejaring literasi Indonesia.
Kiprah Wien memang tak lepas dari buku dan jejaringnya. Dia mengagas milis Pasar Buku dengan anggota sekitar 10.000 orang yang mempertemukan beragam kalangan dan komunitas buku. Kiprahnya ini membuat dia mendapat penghargaan Mizan Award di tahun 2003.
Tahun 2001, Wien menjadi salah satu pendiri Forum Indonesia Membaca yang memicu lahirnya ribuan komunitas gerakan membaca yang dikenl Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sampai ke pelosok daerah. Tak berhenti di situ, Wien bertualang dari satu daerah ke daerah lain untuk “mengompori” anak muda agar membangun gerakan literasi di sekitarnya. Dia juga menggalang pengumpulan buku-buku bacaan dari berbagai pihak, salah satunya lewat Komunitas 1001 Buku untuk disebar ke berbagai TBM atau perpusatakaan yang membutuhkan.
Tiga tahun kemudian, Wien mendaftar menjadi pegawai negeri sipil di Kementerian Pendidikan Nasional dan kemudian diangkat menjadi Kepala Perpustakaan Kemendiknas. Saat itulah, dia mengubah perpustakaan yang kaku menjadi lebih modern dengan nama Library@Senayan. Suasana perpustakaan disulap dibuat lebih nyaman, dan menghidupkan berbagai kegiatan komunitas. Sistem pengelolaan perpustakaan dibuat lebih terbuka dan gratis melalui SLiMS atau Senayan Library Management System.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU----Wien Muldian
Ide-ide Wien untuk menghadirkan perpustakaan modern yang kaya aktivitas komunitas terus dipakai. Wien dilibatkan dalam penyusunan rancangan gedung layanan Perpustakaan Nasional di Jalan Merdeka Selatan Jakarta.
Sejak tahun 2006, Wien melalui Perkumpulan Literasi Indonesia menghadirkan perayaan Hari Buku Sedunia tiap 23 April di Indonesia. Kegiatan yang berlangsung hingga Hari Buku Nasional tiap 17 Mei disambut meriah dari komunitas penulis, penerbit, pembaca, seniman, hingga masyarakat. Ada acara diskusi, pelatihan dan hiburan. Di masa pandemi Covid-19 tahun lalu, perayaan tetap semarak dengan menghadirkan 30 event secara online selama 10 hari.
Menjadi PNS digunakan Wien untuk terus membuat literasi menjadi perhatian dalam kebijakan pendidikan nasional. Dalam perjalanannya, Gerakan Literasi Sekolah yang diperjuangkan Wien dan banyak pihak hadir di sekolah-sekolah. Gerakan membaca buku hingga menghadirkan buku bacaan berkualitas sesuai usia anak mulai jadi perhatian. Perayaan Festival Literasi Sekolah Nasional 2018 jadi ajang berbagi praktik baik di sekolah tentang gerakan literasi.
Bersama jejaringnya, Wien memperkuat kapasitas dan kualitas para penulis dengan menggagagas dan bergiat di Bergiat di Persatuan Penulis Indonesia (Satupena) dan Indonesiaan Writers Inc (IWI). Lewat IWI, diwujudkan koperasi penulis, adanya pendampingan untuk penulis dengan hadirnya curator, lalu ada literary agent untuk emmbantu penulis berbakat menerbitkan buku dan karya lainnya.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU---Wien Muldian (kanan) bersama tim membangun learning/knowledge center bernama RumahdiTebet, BacadiTebet, MakandiTebet, untuk menghadirkan pusat belajar bersama yang cozy dan menyenangkan di Kawasan Tebet, Jakarta Barat.
“Berjuang sekian lama, literasi sudah bisa masuk sekolah. Aku merasa bahagia, merasa sudah selesai tugas di Kemedikbud. Masih banyak mimpi lain yang aku akan gapai,” kata Wien.
Kini, bersama jejaringnya, dia membangun pusat pengetahuan yang mendorong kecakapan untuk mengolah pengetahuan dan bacaan untuk meningkatkan kapaitas diri dan masyarakat. “Obsesiku dari kecil untuk membangun sebuat tempat learning center/knowledge center, terutama yang enggak formal dan enggak mengandalkan bantuan pemerintah. Belum jadi saja, tetap banyak yang sudah berkumpul, teman-teman dan jaringan dari pegiat literasi, pusatkawan, penulis, dan pendidikan untuk menghadirkan gerakan literasi yang dibutuhkan,” kata Wien.
Pada tahun 2021, Wien bersama teman-temannya menghadirkan RumahdiTebet, BacadiTebet, dan MakandiTebet di Kawasan Tebet, Jakarta Barat sebagai pusat pengetahuan yang cozy bagi anak-anak muda. Tempat persinggahan untuk mencari referensi ilmu yang spesifik, berdiskusi, belajar bersama untuk membangun kapasitas diri, tentu saja sambal menikmati kuniler.
Wien mengenang sedari kecil dirinya di dalam keluarga sudah dibiasakan untuk membaca buku. Tak sekadar membaca buku, sang ayah berprofesi hakim dan ibu yang guru, mengajak anak-anak untuk berdiskusi. Kebiasaan itu membuat Wien meyakini ilmu pengetahuan terus berkembang, dengan membaca dan menggali informasi.
Meskipun masih anak SD, Wien yang bersekolah di Pontianak, Kalimantan Barat, hingga kelas 4, lalu pindah ke Cirebon, Jawa Barat, sudah mulai untuk membuat perpustakaannya sendiri guna mengajak teman-teman membaca buku. Tapi dia tak sekadar menyediakan buku. Satu judul buku bisa dibeli beberapa eksemplar. Lalu, teman-teman sekolah disuruh membaca, terbentuklah kelompok membaca yang saling berdiskusi.
“Aku dari kecil suka buat reading group dengan diskusi buku yang sama. Kalau belajar bersama kan, pengetahuan jadi sama. Jangan mau hebat sendiri,” ujar Wien.
Nah, di perpustakaan gaul RumahdiTebet, Wien ingin menghadirkan kosnep yang sama. Pengunjung jadi mau belajar bersama, berbagi pengetahuan. Dengan mempekuat kecakapan untuk mengelola pengetahuan bagi diri dan orang lain, maka masyarakat tak mudah dipengaruhi konten negatif.
“Aku ingin banyak orang berjejaring, ketemu dengan mimpi yang sama. Manusia Indonesia harus paham diri dan mengelola pengetahuan untuk lebih baik. Kami masuk ke segela cara, di dunia literasi, pustakwan, penulis, dan pendidikan, supaya saling berkomunikasi, saling ngobrol untuk menguatkan,” kata Wien.
Wien Muldian
Lahir : Pontianak, 3 Mei 1972
Pendidikan :
S1 Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Universitas Indonesia (1992-1999)
Pendidikan Singkat Social Development Studies di Jepang (1996)
Penghargaan :
Pemuda Beprestasi Nasional oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (2006)
Mizan Award (2003)
MTV Trax Young Leader Generation (2005)
Catatan Emas : Kisah 20 pemuda Indonesia yang Mengukir Sejarah
Pekerjaan :
Ketua Umum Perkumpulan Literasi Indonesia
Ketua Dewan Perpustakaan DKI Jakarta
Wakil ketua Satuan Tugas Gerakan Literasi Sekolah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Ketua Tim Ahli Ikatan Sarjana Ilmu perpustakaan dan Informasi Indonesia
Oleh ESTER LINCE NAPITUPULU
Editor: MARIA SUSY BERINDRA
Sumber: Kompas, 10 April 2021
No comments:
Post a Comment