Wednesday, November 6, 2019

Mimpi Dian Ahmad Sudewo di Sungai “Win On Go”

KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA--Dian Ahmad Sudewo

Nyaris seluruh sungai di negeri ini belum dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya bagi warga di bantaran sungai. Dian Ahmad Sudewo (29), warga Gedong Kiwo, Yogyakarta, pun mencoba melibatkan anak-anak muda di bantaran Sungai Winongo, Yogyakarta untuk dapat hidup di bantaran sungai itu, dan sebagai imbal baliknya memulihkan sungai itu.

Awalnya adalah sebuah tantangan. Awal tahun 2017 silam, Nurcahyo, Ketua RT 42/9, Kelurahan Gedong Kiwo, Mantrijeron, menantang Dian untuk berbuat sesuatu untuk Sungai Winongo. Sungai itu merupakan satu dari delapan sungai yang membelah Yogyakarta. Di bantaran sungai itu, warga Gedung Kiwo bermukim turun temurun.


“Permintaan Ketua RT itu sungguh menantang saya. Harus ada sesuatu yang menarik bagi anak-anak muda untuk mengelola kelola sungai. Sebelum tidur malam, saya menyebut beberapa kali kata Winongo, kemudian terlahir istilah “Win On Go”. Daripada lupa, saya cepat mencatatnya kemudian besoknya dibahas bersama Ketua RT. Ketua RT ternyata mendukungnya,” ujar Dian.

Dian, Duta Pemuda Peduli Lingkungan Asri dan Bersih Kemenpora itu, lalu memperkenalkan “Win On Go” kepada anak-anak muda di sekitar bantaran sungai. Dian mulai edengan merangkul teman-teman dekatnya, kemudian meluas hingga pemuda-pemuda Gedong Kiwo.

Pemuda Gedong Kiwo ternyata sangat antusias mendengar istilah “Win On Go”. Tiap sore, malam hari, atau hari libur, mereka berdiskusi di rumah Dian. Mereka membahas cara memberdayakan masyarakat di sepanjang bantaran sungai termasuk langkah untuk melestarikan lingkungan.

Dian kemudian menyulap salah satu ruangan kosong berukuran 4 x 6 meter persegi di samping rumahnya menjadi Kantor Sekretariat “Win On Go”. Di kantor itu, pertemuan anak muda berlangsung lebih cair. Tekad mereka pun sama untuk hidup berdampingan bersama aliran Sungai Winongo.

Slogan “Win On Go” lalu dijadikan branding usaha kecil menengah, budaya, sosial hingga lingkungan Winongo. “Win” artinya menang yakni memenangkan kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan setempat. “On” artinya hidup, segar, sehat, dan terus bergerak. “Go” artinya berkiprah sampai ke mana-mana selagi mampu.

KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA--Dian Ahmad Sudewo (baju kaos putih) dan Ketua RT 42/9 Kelurahan Gedong Kiwo Nurcahyo.

Pemberdayaan
Sebagai langkah konkret, Dian memulai pemberdayaan ekonomi warga dengan merek “Win On Go””. Mulai dipasarkan produk kuliner yang dijual secara daring. Sekitar 8.000 kotak nasi “Win On Go” misalnya, telah laku dibeli Pemkot DIY. Masyarakat umum membeli kotak nasi bermerek “Win On Go” itu senilai Rp 18.000 per kotak.

Kelompok anak muda pimpinan Dian ini juga mulai memasarkan gudeg buatan Gedong Kiwo, yang disebut Gudeg Winongo. Produk kuliner itu telah didaftarkan dalam aplikasi “Nglarisi” Jogja yang menjadi bagian dari aplikasi pelayanan terpadu Jogja Smart Service (JSS) milik Pemkot Yogyakarta.
Supaya langkah pemuda Gedong Kiwo lebih dikenal, dipasarkan kaos oblong bertuliskan “Win On Go”. Satu kaos dijual seharga Rp 85.000, dan disambut antusias oleh warga Jogja.

Sejak dua tahun terakhir, Dian juga aktif menghimpun hingga 200 UMKM di sepanjang bantaran Winongo. Mereka diajak untuk berlatih secara gratis dalam binaan Dinas Koperasi dan UKM Kota Yogyakarta.

Saat ini, sedang dikerjakan pemuktahiran data untuk penjualan secara daring. Sesuai permintaan Pemkot DIY, produk UMKM kelak dijual secara daring demi jangkauan pemasaran yang lebih luas.

Tak hanya fisik
“Selama ini pembangunan di bantaran sungai hanya menyangkut fisik yakni talud. Saya dan teman-teman justru fokus membangun sektor ekonomi, budaya, sosial, ekosistem, serta rekreasi atau pariwisata. Tujuannya, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, menjaga budaya, tradisi masyarakat, dan akhirnya memuliakan sungai,”kata Dian.

Menurut lulusan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta ini, gagasan “Win On Go” telah masuk program “Kotaku” atau Kota Tanpa Kumuh, Pemprov DIY. Sepanjang bantaran sungai Winongo memang akan dibangun talud, tetapi nantinya di beberapa titik akan dilengkapi tempat istirahat yang memandang ke arah sungai.

Masterplan penataan Winongo mulai RW 9 sampai RW 18, Gedong Kiwo, terutama terkait destinasi wisata, kuliner, dan lingkungan telah disusun oleh sekelompok anak muda dibawah pimpinan Dian. Namun sejauh ini, masih disosialisasikan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat.

“Selama ini pembangunan di bantaran sungai hanya menyangkut fisik yakni talud. Saya dan teman-teman justru fokus membangun sektor ekonomi, budaya, sosial, ekosistem, serta rekreasi atau pariwisata. Tujuannya, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, menjaga budaya, tradisi masyarakat, dan akhirnya memuliakan sungai,” kata Dian.

Sambil menunggu sosialisasi masterplan bantaran sungai, pemuda Gedong Kiwo mengampanyekan upaya menjaga Sungai Winongo. Sebanyak 19 takmir Masjid di Gedong Kiwo misalnya, menjelang Idul Adha, diundang untuk mendapatkan pemahaman soal penyembelihan hewan korban yang ramah lingkungan dan sesuai standar kesehatan.

Selama ini, hewan korban dipotong di bantaran sungai sehingga limbahnya mengotori sungai. Dian dan teman-teman juga mengusulkan penggunaan plastic oxium untuk menyimpan potongan daging hewan korban.

“Kami siapkan 8.000 plastik oxium yang lebih ramah lingkungan. Kantong ini membusuk dalam dua tahun. Sementara plastik konvensional sampai 500 tahun,” ujar Dian.

Atas prakarsanya, tahun 2018, Dian terpilih mewakili Pemprov DIY untuk hadir di kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta bersama sejumlah pemuda dari 34 provinsi.

Dia mempresentasikan “Win On Go” yang berisi visi dan langkah nyata para pemuda bantaran Sungai Winongo. Akhirnya, Dian dan tiga wakil dari DI Aceh, Maluku, dan Sulawesi Tengah, terpilih menjadi duta lingkungan.

“Kini, saya sedang memulai kegiatan untuk membersihkan sungai menyambut musim hujan. Sungai ini harus mengalir jernih sampai ke laut. Dan, mimpi kami, ikut mengalir jernih sebagai orang muda sampai saat akhir nanti,”kata Dian.

Bantaran Winongo tidak akan selamanya kumuh kalau semua pihak mau berkorban dan mau bergerak bersama untuk memulai. Ketika peran pemuda seperti Dian mencapai hasilnya, kiranya kicau burung drembombok akan kembali mewarnai tepian Sungai Winongo, yang terus diupayakan untuk kembali hijau.

Dian Ahmad Sudewo
Lahir : Yogyakarta, 20 Maret 1990
Pendidikan Terakhir : Sarjana Akuntansi Universitas Islam Indonesia, DIY
Jabatan : – Ketua Lembaga Win On Go, Yogyakarta.
– Duta Pemuda Peduli Lingkungan Asri dan Bersih Kemenpora.

KORNELIS KEWA AMA

Sumbet: Kompas, 6 November 2019

No comments:

Post a Comment