KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU--Hastuti Setyaningrum
Hastuti Setyaningrum (45) merasa terpanggil memberdayakan ibu rumah tangga menjadi wirausaha. Ia kemudian mendirikan komunitas Sekolah Keterampilan Wijaya Kusuma di Sleman, DI Yogyakarta, untuk melatih perempuan mengolah sampah plastik menjadi bunga-bunga yang meriah.
Sejak 2014, Hastuti membuka kelas keterampilan di bidang kerajinan, kuliner, pertanian, dan manajemen finansial. Kegiatan yang tadinya hanya sebulan sekali diubah menjadi seminggu sekali tiap Selasa pukul 13.00. Rumah Hastuti di Dusun Karanganyar, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, tak lagi mampu menampung peserta yang semakin banyak. Pelatihan yang terbuka untuk umum ini pun dipindahkan ke pendopo Desa Wedomartani.
Pada Selasa siang di pengujung Juli 2019, Hastuti bersama para pengurus Sekolah Keterampilan Wijaya Kusuma (SKWK) menyiapkan pendopo Desa Wedomartani. Jadwal materi keterampilan disampaikan relawan yang jago menyulap tas plastik bekas atau keresek menjadi bunga cantik.
Tiap kali kelas keterampilan digelar, dibuka juga kesempatan bagi anggota untuk mempromosikan hasil kerajinan mereka. Pengurus menyediakan dua meja panjang untuk meletakkan dagangan anggota: ada kain batik, kain jumputan, kain ecoprint, kalung dari sisa kain batik, aneka boneka binatang dari sisa kain batik, serta dompet dan tas kain. Ada pula aneka jajanan tradisional dengan olahan kekinian, seperti makanan puding kelapa. Tomat dan sayur organik yang segar pun tersedia.
Menurut Hastuti, kebebasan anggota berjualan sekaligus mengetes rasa percaya diri dan kualitas produk buatan peserta seusai mengikuti materi keterampilan. Banyak ibu rumah tangga yang kini menjajal jualan secara daring di media sosial.
”Senang kalau apa yang saya bisa lakukan memberikan manfaat. Melihat peserta berhasil, bisa mandiri secara ekonomi, rasanya membahagiakan,” ujar ibu tiga anak ini.
Hastuti merasa bersyukur dapat rezeki, yakni memiliki banyak saudara untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Anggota yang ahli di satu keterampilan bersedia berbagi sebagai pengajar sehingga keberlangsungan kelas keterampilan yang murah bisa terus berjalan.
Bagi ibu rumah tangga yang serius ingin berwirausaha, Hastuti membantu dengan cara mencarikan bantuan dari sejumlah instansi pemerintah terkait. Ia pernah mendapatkan hibah sebanyak 20 mesin jahit dan mesin obras. Ia juga beruntung bisa mendapatkan hibah alat kuliner yang bisa dipakai sebagai modal awal bagi ibu rumah tangga yang mau berwirausaha di bidang aneka makanan.
”Saya hanya berupaya memberikan wadah, memfasilitasi untuk mendapatkan alat agar membantu ibu rumah tangga mewujudkan usaha mereka,” ujar Hastuti, yang punya usaha kerajinan mengolah kain perca jadi aneka binatang yang diberi nama Jogjacraft Souvenir.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU--Penggagas Komunitas Sekolah Keterampilan Wijaya Kusuma, Hastuti Setyaningrum.
Media sosial
Hastuti rajin mengunggah kegiatan kelas keterampilan di media sosial. Awalnya kelas ini diikuti sekitar 20 ibu rumah tangga di sekitar rumah Hastuti. Lalu, jumlahnya bertambah hingga lebih dari 200 orang dari sejumlah tempat di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Hastuti kemudian meminta sumbangan Rp 5.000 kepada tiap peserta agar ada uang kas komunitas SKWK demi keberlanjutan kegiatan.
”Banyak ibu yang ingin punya kegiatan, yang bisa memberikan nilai tambah bagi keluarga. Lewat SKWK, saya menyediakan wadah agar para ibu punya bekal mengembangkan potensi,” ucap Hastuti.
Keterlibatan Hastuti memberdayakan ibu rumah tangga dimulai saat dirinya memutuskan berhenti jadi guru dan kepala sekolah. Ia mendirikan tempat penitipan anak di rumahnya yang diberi nama TPA Wijaya Kusuma pada 2009. Ia semakin mengembangkan program literasi yang memberdayakan masyarakat dengan mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Wijaya Kusuma pada 2013.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU--Komunitas Sekolah Kehidupan Wijaya Kusuma menggelar kelas keterampilan membuat bunga dari keresek plastik di pendopo desa di Yogyakarta, Selasa (23/7/2019).
Ketika lebih banyak beraktivitas di sekitar lingkungan rumahnya, Hastuti melihat peluang untuk berkecimpung di kegiatan sosial. Ia melihat anak-anak kecil minim kegiatan membaca. Hastuti pun memanfaatkan buku-buku bacaan koleksi keluarganya untuk dibaca anak-anak.
”Saya bawa buku-buku ke masjid, seminggu tiga kali. Sambil menunggu kegiatan ngaji, anak-anak baca buku dulu. Jika mau baca buku lain, mereka bisa datang ke rumah,” kata Hastuti.
Komunitas SKWK tidak hanya menggelar beragam kelas keterampilan. Setelah menguasai keterampilan yang diminati, peserta didorong untuk mengembangkan usaha. Penjualan dimulai dengan menggelar dagangan saat berlangsungnya kelas keterampilan.
”Sejak kuliah, saya suka buat flanel dan mulai bisnis. Sempat terhenti karena sibuk. Kepikiran lagi untuk membagikannya kepada para ibu. Dari sini kelas keterampilan berkembang,” ujar Hastuti.
Hastuti terus memberikan wadah bagi anak-anak dan perempuan untuk mengembangkan potensi diri. Ia membuka kelas sanggar tari dan sanggar kerawitan yang untuk sekali datang hanya bayar Rp 10.000. Peserta pun punya kesempatan menyalurkan hobi seni budaya dan tampil di berbagai acara.
Kiprah Hastuti dalam memberdayakan masyarakat lewat multiliterasi ini diganjar dengan sejumlah penghargaan. Di tingkat nasional, Hastuti mendapat penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan penghargaan TBM Kreatif Rekreatif tingkat nasional pada 2018 dan mendapat hibah sebagai kampung literasi.
”Saya enggak mengira kalau inisiatif saya ternyata bisa memberikan manfaat banyak orang. Saya hanya berpikir para ibu rumah tangga tidak jenuh dengan berkegiatan serta punya nilai tambah untuk keluarga,” ucap Hastuti.
Hastuti Setyaningrum
Lahir: Magelang, 6 Juli 1974
Pendidikan: S-1 IKIP Yogyakarta, angkatan 1991
Pekerjaan:
1. Guru STM Adipura Magelang (1997-2000)
2. Kepala Sekolah TPA, KB & TK Amal Insani Maguwoharjo, Depok, Sleman (2004-2009)
3. Kepala Sekolah TPA Wijaya Kusuma (2009-sekarang)
4. Bendahara Forum TBM Kabupaten Sleman (2013-sekarang)
5. Ketua TBM Wijaya Kusuma (2013-sekarang)
6. Ketua Sekolah Keterampilan Wijaya Kusuma (2014-sekarang)
7. Ketua Sanggar Seni Budaya Wijaya Kusuma (2017-sekarang)
Penghargaan:
Penghargaan TMB Kreatif Rekreatif dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2018)
ESTER LINCE NAPITUPULU
Editor MARIA SUSY BERINDRA
Sumber: Kompas, 6 September 2019
No comments:
Post a Comment