Thursday, March 5, 2020

Hasan Saeful Rizal, Sang Pengabdi Literasi Warga Desa

Hasan Saeful Rizal tak lelah mendekatkan warga di Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur dengan buku. Ia keliling dengan sepeda motor membawa ratusan buku dan menawarkan kepada siapa saja yang membacanya. Gratis!

KOMPAS/KHAERUL ANWAR--Hasan Saeful Rizal alias Hasan Gauk di perpustakaan yang ia dirikan di Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, di Kamis (30/1/2020).

Sekitar satu dasawarsa Hasan Saeful Rizal (30) berupaya keras mendekatkan warga pedesaan dengan buku. Ia berkeliling ke pelosok dusun membawakan buku untuk siapa saja yang bersedia membacanya. Tujuannya hanya satu: ia ingin  warga memiliki wawasan yang luas.

“Persoalan di desa kami itu kompleks. Membaca buku dianggap pekerjaan orang malas atau pekerjaan orang yang mampu secara ekonomi,” ujar laki-laki yang dikenal dengan nama alias Hasan Gauk, Rabu (29/1/2020). Ia ditemui di Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat atau sekitar 58 kilometer dari ibu kota Mataram.


Hasan menegaskan, pola pikir lama seperti itu mesti diubah. Jika tidak, warga selamanya akan jauh dari buku. Hasan memulai misinya mengenalkan buku pada warga pada 2009. Bermodal 300 buku pemberian teman-temannya di Yogyakarta, ia membuka “Lapak Jalanan”.

Ia berkeliling tiap hari ke pelosok dusun, membawa 100-200 eksemplar buku dengan sepeda motor ayahnya. Sesampai di sebuah dusun, ia menggelar buku-buku itu di tempat strategis untuk  menarik perhatian  warga. Awalnya, warga enggan mendekati Hasan. “Mereka mengira saya jualan buku,” kenang Hasan yang menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2018.

Ia beberapa kali menjelaskan kepada warga bahwa ia tidak menjual buku. Ia hanya ingin meminjamkan buku untuk dibaca secara gratis. Dari situ, mulai ada warga yang mendekat dan ikut membaca. Selanjutnya, beberapa anak muda dan ibu-ibu mulai meminjam buku.

Hasan senang sekali melihat warga mulai akrab dengan buku. Setiap ia datang membawa 200-an buku, 50 di antaranya dipinjam warga.    Namun, tidak sedikit pula warga yang nyinyir dengan aktivitas Hasan. Mereka bilang Hasan sok hanya karena kuliah di Yogyakarta.

Hasan tak ambil pusing dengan omongan orang. Ia jalan terus dengan gerakkannya mengenalkan buku. Ia tahu beberapa orang  yang nyinyir sebenarnya tertarik meminjam buku, tapi mereka malu. Akhirnya mereka mengambilnya diam-diam. Hasan tidak mempersoalkan itu. Ia justru senang karena ternyata mereka  tertarik juga membaca.

KOMPAS/KHAERUL ANWAR--Hasan Saeful Rizal alias Hasan Gauk bersama anak-anak di Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Kamis (30/1/2020). Berkat Hasan, mereka bisa membaca banyak buku secara gratis.

Tahun berganti, kegigihan Hasan mengenalkan buku ke dusun-dusun membuahkan hasil. Saat ini sebagian dari 15 desa di Kecamatan Jerowaru tergerak untuk membuat rumah baca sendiri.

Mengurai persoalan
Hasan termasuk satu dari sedikit warga di desanya yang mengecap pendidikan tinggi. Pada 2013, ia berangkat kuliah ke Yogyakarta dan menyerahkan pengelolaan “Lapak Jalanan”  kepada adiknya.

Selama di Yogya, ia tak hanya memikirkan kuliah, tapi juga memikirkan buku untuk warga. Karena itu, ia rajin berburu buku bekas mulai novel, kumpulan cerpen, puisi, jurnal, dan artikel. Uang sakunya sebulan kadang habis untuk membeli buku. Beruntung ia punya penghasilan lain dari usaha dagang kecil-kecilan.

“Setiap minggu saya mewajibkan diri membeli 3-5 buku. Kalau ada toko buku kasih diskon, saya pinjam uang pada teman-teman supaya bisa borong buku,” ujar Hasan yang mengaku mengumpulkan   5.748 judul buku,  5.400 di antaranya dia beli sendiri selama kuliah di Yogyakarta. Buku-buku itu dikirim ke kampung untuk dipinjamkan kepada warga.

Setelah kuliahnya rampung, Hasan segera pulang kampung dan melanjutkan gerakan “Lapak Jalanan”. “Saya pulang pas bulan puasa, saya ajak anak-anak baca buku, sekalian antuk jelo atau ngabuburit menunggu beduk Magrib untuk berbuka puasa,” ujarnya.

KOMPAS/KHAERUL ANWAR--Hasan Saeful Rizal alias Hasan Gauk dengan koleksi bukunya.

Mengapa Hasan begitu ngotot mengenalkan buku kepada warga di desanya? Hasan melihat banyak persoalan yang mesti dibenahi di desanya. Ia menceritakan, Kecamatan Jerowaru yang meliputi 15 desa, merupakan daerah kritis di Lombok bagian selatan. Hasil pertanian tidak cukup untuk  membiayai kebutuhan keluarga.

Akibatnya, sebagian warga memilih jadi TKI di Malaysia dan Arab Saudi. Di Desa Pandawangi, misalnya, ada 423 warga yang jadi TKI, 78 di antaranya perempuan. Di Desa Jerowaru ada  340 warga jadi TKI. Banyaknya warga yang jadi TKI ternyata memunculkan persoalan lain, yakni tingkat perceraian tinggi  dan banyak anak-anak yang tidak terurus.

Persoalan lainnya adalah banyak warga di desanya yang menikah di usia dini. Buat Hasan, persoalan-persoalan seperti itu hanya bisa diatasi jika wawasan warga dibuka seluas-luasnya antara lain lewat kegiatan membaca.

Dari buku, lanjut Hasan, warga bisa mendapat pengetahuan tentang bagaimana mengatasi kekerasan. Para ibu dan anak perempuan mendapat pengetahuan kesehatan reproduksi, batas usia menikah bagi perempuan, risiko melangsungkan pernikahan dini.

Pengetahuan semacam itu juga disebarkan Hasan lewat komunikasi tatap muka. Ia mengaku kadang memberi contoh yang “seram-seram” untuk menyadarkan warga.  “Kalau anak (perempuan) ibu bercerai, pasti dia pulang ke  rumah orangtuanya.  Beban makan-minum keluarga ibu pun bertambah. Kalau dia punya anak, pertumbuhan mentalnya kurang baik, dan mengalami kesulitan belajar. Maukah cucu ibu seperti itu,” ujarnya kepada para  ibu.

Lewat kegiatan literasi semacam itu angka pernikahan dini di Kecamatan Jerowaru cenderung menurun dari 45 persen tahun 2013 menjadi sekitar 15 persen tahun 2019. “Sekarang ini masih ada satu-dua pernikahan dini, tetapi jauh menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya,” tuturnya.

Hasan kian gembira karena ada seorang kepala desa yang menaruh perhatian pada pendidikan. Ia menyediakan beasiswa dan mengirim beberapa remaja perempuan ke Jakarta dan Makassar untuk ikut kegiatan forum anak yang membahas pernikahan dini.

Semua itu berkat wawasan warga yang  terbuka.

Hasan Saeful Rizal

Lahir: Lombok Timur, 3 Agustus 1990/

Pendidikan:
SDN 1 Jerowaru
Madrasah Yatama Jerowaru lulus 2005
SMK Kelautan Kelantan, Lombok Timur lulus 2008
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta lulus 2018

Oleh  KHAERUL ANWAR

Editor:  BUDI SUWARNA

Sumber: Kompas, 4 Maret 2020

No comments:

Post a Comment