Saturday, October 5, 2019

Lexon Hery Junan Tinglioy, ”Profesor” Ikan Nila dari Ambon

KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN---Lexon Hery Junan Tinglioy, pembudidaya ikan di Ambon, Maluku,  Rabu (13/1/2021). Hery berhasil membudidayakan ikan nila air tawar di keramba jaring apung air laut.

Lexon Hery Junan Tinglioy, nelayan asal Ambon, Maluku, menabrak akal sehat manusia. Ia berhasil membudidayakan ikan nila air tawar di karamba jaring apung air laut.

Selama lima belas tahun membudidayakan ikan air laut, Lexon Hery Junan Tinglioy kerap dihinggapi ide baru dan diikuti eksperimen. Ia berhasil menjadikan air laut sebagai habitat yang aman bagi tempat hidup dan berkembangbiaknya ikan nila air tawar. 

Hujan lebat selama berhari-hari mengguyur Kota Ambon pada pertengahan 2015. Banjir dan longsor di darat membawa air berikut material lumpur ke laut. Di Teluk Ambon bagian dalam, warna air berubah kecokelatan. ”Di tempat saya ini, waktu itu air laut rasa salobar (payau). Kadar garamnya turun,” ujar Hery saat ditemui di atas keramba jaring apung miliknya di Desa Poka, Kota Ambon, Rabu (13/1/2021).

Sebagai pembudidaya, setiap saat Hery membutuhkan bibit berupa ikan kecil yang ia cari sendiri. Saat itu ia membudidayakan ikan kuwe. Untuk mendapatkan bibit kuwe ia biasanya memasang jaring di muara sungai, tempat ikan-ikan kecil seperti kuwe bermain. Kala itu, ia mendapatkan puluhan ekor ikan kecil. Selain kuwe, juga ada dua ekor ikan air tawar, yakni mujair.


Dengan sengaja, dua ikan itu digabung dengan ikan air laut lainnya lalu dipelihara dalam keramba. Ia iseng memasukkan ikan air tawar ke keramba air laut sekadar menguji ketahanan ikan. Ia sangat yakin dua ekor ikan mujair itu tidak bakal bertahan lama seiring menurunnya intensitas hujan dan mulai pulihnya kadar garam air laut.

Satu minggu kemudian, saat hujan berhenti dan air laut mulai jernih kembali, Hery kaget lantaran dua ekor ikan mujair itu masih hidup dan tampak segar bugar. ”Saya kemudian menyimpulkan bahwa habitat ikan bisa dikondisikan dalam sebuah proses yang dilakukan secara perlahan-lahan seperti perubahan salinitas air laut,” ujarnya.

Berpegang pada asumsi itu, Hery mulai merancang sebuah eksperimen dengan mencoba merekayasa habitat ikan nila. Nila juga ikan air tawar yang mirip dengan mujair. Setelah mendapatkan benih ikan nila, ia membuat sebuah bak penampung. Di dalam bak itu ia menuangkan air tawar sebanyak 30 ember. Satu ember berisi sekitar 22 liter air. Ia lalu melepas puluhan ekor nila di dalam bak itu.

Ia lalu memasang pompa untuk menyirkulasikan air tawar di dalam bak. Air tawar dialirkan melewati tempat penyaringan berupa lembaran busa kemudian ditabrakkan dengan tetesan air laut. Setiap hari selama 10 hari, ia meneteskan 3 ember air laut. Pada bagian bawah bak itu, ia membuat lubang kecil untuk membuang sedikit demi sedikit air tawar.

”Air tawar mengalami tekanan akan mencari jalan keluar sebab massa jenisnya lebih rendah dibandingkan air laut,” ucapnya.

Pada hari kesepuluh, air di dalam bak yang semula 100 persen tawar berubah menjadi air laut seluruhnya. Ikan nila air tawar pun sudah bisa menerima hidup di habitat air laut. Hary berhasil dengan eksperimen yang sekilas melawan kemustahilan itu. Kini, eksperimen itu sudah dilakukan sebanyak 47 kali dengan hasil puluhan ribu ikan nila berbagai jenis.

Ada empat jenis ikan nila yang ia budidayakan saat ini, yakni nila hitam, nila putih, nila merah, dan nila albino. Hasil rekayasa habitat itu otomatis mengubah perilaku hidup dan kandungan dalam tubuh ikan. Ikan yang berasal air tawar itu kini memiliki kadar garam hingga 35 ppt (part per thousand). Apakah Hery merasa sudah puas dengan pencapaian tersebut?

Ia tidak berhenti di situ. Di dalam akuarium miliknya ia membiarkan beberapa ekor ikan nila tetap tinggal, sedangkan yang lain dimasukkan ke dalam keramba untuk pembesaran. Suatu ketika ia memperhatikan perilaku ikan berubah. ”Saya lihat ikan baku cium, bawah dagu membengkak, dan mulai menyendiri. Ini memang tanda proses pemijahan. Hasilnya bisa berkembang biak,” tuturnya.

Ia lalu membawa ikan nila untuk diuji di laboratorium uji Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon pada November 2020 lalu. Hasilnya, kandungan protein dalam ikan 21,33 persen, karbohidrat 0,83 persen, dan lemak 4,74 persen. ”Kata peneliti, protein dalam nila air laut lebih tinggi dua kali dibandingkan dengan nila air tawar,” ujarnya.

Cerita tentang eksperimen Hery tersebar ke mana-mana. Banyak orang, dari dalam maupun luar negeri, datang ke sana. Bahkan, seorang profesor perikanan dari salah satu negara meminta izin menulis penemuan Hery itu dalam jurnal internasional miliknya. Hery menolak hal itu karena, menurutnya, itu tidak penting. Meski demikian, ia tak keberatan apabila ada yang ingin datang belajar di sana.

Cerita kelezatan nila air laut pun tersiar ke mana-mana. Itu membuat banyak penikmat kuliner ikan datang ke sana. ”Rasanya gurih sekali, bisa dicoba,” ujarnya seraya menyodorkan seekor nila merah yang baru saja digoreng. Dan, benar apa kata Hery. Nila yang digoreng polos tanpa bumbu itu terasa gurih. Sambal pedas menyempurnakannya.

KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN---Lexon Hery Junan Tinglioy, pembudidaya ikan di Ambon,
Maluku, seperti pada Rabu (13/1/2021). Hery berhasil membudidayakan ikan nila air tawar di keramba jaring apung air laut.

Membantu pembudidaya

Hery menjadi pembudidaya yang banyak mengajak warga Kota Ambon dan Maluku pada umumnya untuk membudidayakan ikan. Ia mahir dalam membudidayakan ikan kuwe. Teknis budidaya itu ia tuangkan dalam buku yang berjudul Budidaya Ikan Kuwe di Kerambah Jaring Apung. Ia dibantu dua dosen untuk menyelesaikan buku itu.

Buku tersebut kini beredar di kalangan pembudidaya, bahkan sampai di luar Maluku. Isi buku sangat detail, mulai dari pembuatan keramba hingga analisis kondisi perairan dari sisi salinitas, visibilitas, dan kecepatan arus. Selama ini, ia sudah mendatangi sejumlah daerah di Maluku untuk memberikan pelatihan dan motivasi kepada nelayan pembudidaya. Puluhan orang ia kaderkan.

”Beliau ini menjadi tempat bertanya para pembudidaya di sini. Bahkan, kalau ada pembudidaya yang kehabisan pakan atau butuh tempat penyimpanan ikan, beliau sering bantu,” tutur Kepala Bidang Perikanan Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Karolis Iwamony. Sebagai catatan, di Teluk Ambon terdapat lebih dari 30 kelompok budidaya keramba jaring apung.

Menurut Karolis, temuan Hery membuka mata banyak orang bahwa laut menjadi tempat bagi siapa saja untuk bereksperimen. Eksperimen bukan mutlak milik peneliti dari lembaga pendidikan. Banyak apresiasi mengalir untuk Hery yang kini berusia 51 tahun itu. Tidak berlebihan apabila ia diberi julukan ”profesor” nila dari Maluku.

Lexon Hery Junan Tinglioy

Lahir: Tanimbar, 20 Juni 1969

Pendidikan Terakhir: Jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Pattimura Ambon (tamat 2011)

Istri: Dientje Tabaleko

Anak: Rendy, Rihart, Herlin

KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN---Lexon Hery Junan Tinglioy, pembudidaya ikan di Ambon, Maluku, Rabu (13/1/2021). Hery berhasil membudidayakan ikan nila air tawar di keramba jaring apung air laut.

Oleh   FRANSISKUS PATI HERIN

Editor:   DAHONO FITRIANTO

Sumber: Kompas, 19 Januari 2021

No comments:

Post a Comment